Senin, 05 Desember 2011

BUDIDAYA TAMBAK (UDANG DAN BANDENG) SISTEM POLYKULTUR


BAB I
PENDAHULUAN
            Udang Windu dan ikan bandeng salah satu komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Perkembangan produksinya di Indonesia sejak tahun 1980 sampai 2006 mengalami fluktuasi produksi yang cukup besar, dimana kondisi harga tidak stabil yang disebabkan oleh tidak adanya harga dasar ikan bandeng, lain dengan udang windu, harga udang windu pada periode terakhir sempat mendapatkan harga yang tinggi. Dengan harga ikan bandeng yang rendah dapat ditutupi oleh harga udang windu dengan mencari alternatif sistem budidaya melalui polykultur udang Windu dan ikan bandeng di tambak.
Sistem budidaya tambak dengan pola polikultur dapat meningkatkan produksi perunit areal tambak apabila dipelihara dengan kombinasi penebaran yang optimal. (Samonte et al., 1991). Penelitian Kusnendar E dan Sudjiharno (1984) menunjukkan bahwa ikan bandeng dapat dibudidayakan bersama udang windu ditambak karena ikan bandeng mudah beradaptasi di tambak dan toleransi tinggi terhadap penyakit dan tidak bersifat kanibalisme.
Dengan melakukan budidaya dengan sistem polykultur, diharapkan akan dapat meningkatkan produksi tambak yang seiring peningkatan pendapatan petani tambak.
A.     PERSIAPAN TAMBAK
 Persiapan tambak mempunyai arti bagi kunci keberhasilan dalam budidaya tambak secara polikultur. Persiapan tambak meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Persiapan dasar tambak
Setelah panen, air tambak dibuang dan jika banyak endapan lumpur hitam dan tanah dasar tambak yang membusuk maka perlu diadakan pemompaan dan pencucian dasar tambak.
2. Pengeringan dasar tambak
Setelah pembersihan tanah dasar tambak dilakukan, maka tanah dasar tambak tersebut di jemur / dikeringkan terlebih dahulu selama 7 – 14 hari sampai retak-retak (tergantung cuaca). Kemudian dilanjutkan dengan pembalikan tanah (dicangkul) lebih kurang 10 – 20 cm, selanjutnya tanah dasar dikeringkan lagi untuk mencegah proses perombakan dan produksi H2S secara anaerob.
Untuk mempermudah pengeringan, dasar tambak dibuat dengan kemiringan 0,1 % kearah pintu pembuangan air, sedang dasar pintu air dibuat 15 cm di atas saluran pembuangan. Hal ini terutama pada tambak-tambak yang pengelolaan airnya mengandallkan potensi pasang surut dan gaya gravitasi.
Pengeringan tanah dasar tambak bertujuan untuk mempercepat proses oksidasi bahan-bahan organik dan pelepasan gas-gas beracun (NH3 dan H2S ) serta untuk memberantas hama dan memperbaiki struktur tanah.
3. Pengapuran
Keasaman tanah dalam budidaya tambak yang optimum dalam budidaya udang dan ikan bandeng adalah pH tanah danah sekitar 7,0 – 8,0. Pengapuran harus dilakukan apabila pH tanah dasar tambak kurang dari enam ( tanah berlumpur ). Jenis kapur yang digunakan adalan Kaptan ( kapur pertanian ) dengan dosis 500 – 1.500 kg/Ha. Setelah kapur tersebut ditebar merata kedasar tanah tambak, maka tanah dasar tambak tersebut dibiarkan terjemur selam kurang lebih satu minggu.
4. Penumbuhan pakan alami
            Pupuk kandang ( kotoran ternak ) ditebarkan sebanyak 500 -1.000 kg/Ha ditambah dengan dedak halus sekitar 250 kg/Ha ditebar merata di dasar tanah tambak, kemudian air dimasukkan secara pelan-pelan melalui saringan pintu air, setinggi kurang lebih 5 – 10 cm atau air macak-macak. Kemudian air tersebut dibiarkan menguap atau terjumur hingga tanah dasar tambak kering. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan agar pupuk organik tersebut mengalami proses penguraian atau mineralisasi.
            Selanjutnya air baru dimasukkan kembali secara pelan-pelanb setinggi 20 – 40 cm diatas pelataran, kemudian pupuk an organik ( Urea 100 – 150 kg/Ha dan SP-36 50 – 75 Kg/Ha ) ditebar merata dan air dibiarkan tergenang selama kurang lebih satu minggu, sampai makanan alami tumbuh subur.
5. Pengaturan air dan pemberantasan hama
            Setelah makanan alami tumbuh subur, kemudian air yang baru dimasukkan melalui pintu air yang memakai saringan secara berangsur - angsur sampai mencapai kedalaman kurang lebih 75 cm diatas pelataran dasar tanah tambak. Selanjutnya saponin dengan dosis 50 – 75 kg/Ha ditebar merata dipermukaan air tambak dan dibiarkan sampai satu hari, setelah dianggap selesai maka benur siap ditebarkan.
            Penyediaan air dapat diperoleh melalui potensi pasang surut atau dengan menggunakan pompa air. Untuk menunjang keberhasilan budidaya tambak maka air laut dan air tawar harus tersedia dalam jumlah dan kwalitas yang diperlukan setiap saat sepanjang tahun.
B.      PENEBARAN BENUR
                        Tinggi rendahnya suatu produksi dari suatu areal tambak, sebenarnya tergantung dari beberapa faktor antara lain : Daya kelangsungan hidup udang dan banding (survival) dan laju pertumbuhan. Kedua faktor tersebut tergantung pada para meter pendukung, yaitu indifidu yang unggul, penydiaan makanan yang bermutu, hama dan penyakit dapat terkendali serta kwalitas lingkungan yang baik.
1.  Kwalitas hidup
Agar diperoleh daya kelangsungan hidup yang tinggi, maka bibit (benur) yang ditebar harus mempunyai kwalitas yang baik sehingga mempunyai kelangsungan daya hidup tinggi ( Vitalitas ). Ciri-ciri benur yang berdaya hidup tinggi antara lain :
  • Angka kematian ( mortalitas) selama pengangkutan rendah
  • Murni dan seragam
  • Tidak cacat fisik
  • Bebas penyakit, tidak terdapat tanda – tanda terserang bakteri maupun parasit
  • Reaksi terhadap rangsangan fisik cepat
  • Aktif berenang melawan arus, gerakannya gesit dan cepat mengadakan reaksi  terhadap rangsangan cahaya dan gerakan.
  • Ukuran panjang dan berat sesuai dengan umurnya.
2. Padat penebaran
            Padat penebaran untuk budidaya polikultur udang windu dan ikan bandeng, dengan kedalaman air antara 75 – 100 cm, padat penebaran untuk benur sebanyak 80.000 ekor/Ha dan nener sebanyak 2.000 ekor/Ha.
3. Waktu penebaran
            Penebaran benur dan nener yang baik dilakukan pada saat temperatur relatif rendah yaitu pada saat pagi hari dan sore hari beberapa jam setelah matahari terbenam. Akan tetapi dianjurkan pada penebaran dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul antara jam 06.00 – 08.00 dengan pertimbangan sebagai berikut :
·         Pada saat pagi hari, akan akan mendapatkan lingkungan tambak dengan kandungan oksigen yang semakin naik karena terjadinya proses fotosintesis
·         Pengamatan terhadap benur yang ditebarkan pada pagi hari akan lebih dilakukan dibandingkan pada sore hari.
Penebaran dilaksanakan setelah tambak dipersiapkan dengan baik berupa benur berukuran PL 18. Sedangkan nener dengan berat rata-rata 0,61 gr/ekor, akan ditebar setelah umur udang windu mencapai satu bulan.
C.      PEMELIHARAAN DAN PANEN
            Untuk keberhasilan usaha pertambakan maka selama masa pemeliharaan perlu dilakukan perawatan secara baik. Perawatan tersebut meliputi antara lain :
·    Pengaturan air
·    Pemupukan susulan
·   Pemberian pakan tambahan
1. Pengaturan air
            Selama pemeliharaan, kwalitas dan kedalaman air harus dipertahankan, sehingga benih baik benur maupun nener dapat hidup dengan baik. Penggantian air yang teratur mempunyai keuntungan dalam menjaga kwalitas air tetap terjamin dengan baik. Selain itu unsur hara dan organisme makanan yang dibutuhkan oleh benur dan nener tersedia dengan cukup. Bila air tambak jarang dilakukan penggantian air, akan menyebabkan terakumulasinya bahan beracun di tambak dan berahaya bagi kelangsungan kehidupan benur dan nener.
            Pada saat setelah terjadinya hujan, maka air tambak segera diganti, karena air hujan akan mengencerkan kadar garam ( salinitas ) air, hal ini akan membahayakan kehidupan benur dan nener yang dipelaihara terganggu.
2. Pemupukan susulan
            Sebelum kondisi makanan alami didasar tambak berkurang, segera dilakukan pemupukan susulan, pemupukan ini bertujuan untuk mensuplai unsur hara kedalam tambak, sehingga dapat menunjang kelangsungan pertumbuhan makanan alami.
            Jumlah pupuk yang diberikan dalam pelaksanaan pemupukan susulan ini tergantung dari kesuburan makanan alami yang ada. Sebagai patokan dapat digunakan pupuk urea dan SP-36 adalah 20 dan 15 kg/Ha, pemupukan ini dilakukan setiap dua minggu sekali. Dan sebaiknya pemupukan tidak dilakukan pada saat akan turun hujan, karena air hujan dapat mengencerkan kadar unsur hara hasil pemupukan tersebut.
3. Pemberian pakan tambahan
            Pemberian makan berupa pakan buatan terhadap udang windu setelah udang berumur satu bulan atau bila makanan alami tidak dapat lagi menunjang bagi petumbuhan ikan bandeng dan udang windu yang dipelihara. Jumlah pakan tambahan yang diberikan antara 5 – 10 % dari berat badan / hari. Frekwensi pemberian pakan tambahan dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi, sore dan malam hari.
D.     PANEN DAN PASCA PANEN
1.  P a n e n
            Setelah udang windu dan ikan bandeng sudah mencapai ukuran konsumsi yaitu untuk udang windu antara 20 – 30 ekor/kg dan ikan bandeng 3 – 4 ekor/kg, segera dilakukan pemanenan, panen dapat dilakukan secara bertahap ( selektif ), akan tetapi biasanya dilakukan secara total. Caranya adalah air dalam tambak dikeluarkan secara perlahan-lahan sampai air dalam tambak tinggal dicaren saja. Pemanenan dapat pula dilakukan dengan alat jaring yang ditarik sepanjang caren, dan selanjutnya diadakan penangkapan.
2. Pasca panen
            Setelah baik udang windu maupun ikan bandeng selesai ditangkap, maka tahapan berikutnya adalah pembersihan udang dan bandeng, setelah itu kita siapkan peti yang sudah berisi gumpalan es. Ikan dan udang dimasukkan kedalam peti tersebut, agar supaya kesegaran baik udang maupun ikan bandieng tetap terjaga, dan siap dipasarkan.
E.      PENUTUP
Kesimpulan :
            ~ Udang Windu dan Ikan Bandeng adalah salah satu komoditi  perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
            ~ Sistem budidaya tambak dengan pola polikultur dapat meningkatkan produksi perunit areal tambak apabila dipelihara dengan kombinasi penebaran yang optimal.
            ~ Benur yang dipilih adalah benur yang berdaya hidup tinggi agar diperoleh daya kelangsungan hidup yang tinggi pula.
            ~ Panen dilakukan setelah Udang Windu dan Ikan Bandengsudah mencapai ukuran konsumsi.
            ~ Panen sebaiknya dilakukan pada saat sebagian besar udang dalam keadaan berkulit keras.
                  









Tidak ada komentar: