Minggu, 25 Desember 2011

UPAYA, METODE PENUMBUHAN dan PEMBINAAN KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN, PENGOLAHAN DAN NELAYAN


ROKIT,SP
Penyuluh Perikanan Kab. Sinjai

             Pembinaan kelompok perikanan dan nelayan dalam penyelenggaraan penyuluhan perikanan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (PKS) pelaku utama dan pelaku usaha sehingga lebih meningkatkan kemampuan dan kemandirian didalam mengelola usaha perikanan dan penangkapan ikan dilaut. Agar pembinaan pelaku utama dan pelaku usaha dibidang perikanan dan nelayan di tingkat lapangan melalui pendekatan kelompok dengan tujuan berdaya guna dan berhasil guna, maka diperlukan adanya satu gerak, satu bahasa, dan satu pengertian dalam pelaksanaan penyelenggaraan penyuluhan perikanan.
Rendahnya jumlah pembudidaya ikan dan atau nelayan yang bergabung dalam kelompok perikanan dan atau nelayan pada umumnya dikarenakan kurang mampunya para pelaku utama dan pelaku usaha dalam hal tujuan dan manfaat berkelompok, hal ini menyebabkan kurang efektifnya pembinaan oleh para penyuluh perikanan di lapangan.
             Untuk menanggulangi problematika diatas, maka tumbuhnya kelompok perikanan dan nelayan serta bertambahnya minat dan keinginan pelaku utama dan pelaku usaha untuk bergabung dalam wadah kelompok, maka dalam pembentukan kelompok perikanan dan atau nelayan harus bersumber atas dasar kesadaran, keinginan untuk mengembangkan dan meningkatkan usahanya secara bersama-sama dengan tujuan peningkatan produktivitas sekaligus peningkatan kesejahteraan yang lebih baik.

A.   Penumbuhan Kelompok Pembudidaya Ikan / Nelayan
1.       Upaya Penumbuhan
Upaya penumbuhan dan pembentukan kelompok haruslah bermula dari kesadaran dan keinginan para pelaku utama dan pelaku usaha beserta keluarganya untuk bergabung bersama-sama menuju suatu tujuan atau kepentingan bersama. Beberpa faktor yang dapat dijadikan pengikat dalam berkelompok, antara lain :
a.       Adanya kepentingan bersama antar anggota.
b.      Andanya kesamaan kondisi, domisili, sumberdaya alam, dan usaha yang sama.
c.       Andanya kesamaan kondisi sosial maupun ekonomi.
d.      Adanya rasa saling percaya antar anggota
e.      Adanya kepemimpinan kelompok yang menonjol.
     
Diharapkan dengan terbentuknya kelompok akan memberikan manfaat, dan keuntungan yang lebih besar bagi para anggotanya dalam arti :
a.       Meningkatkan mutu kehidupan fisiknya ( sandang, papan dan pangan )
b.      Meningkatkan kemudahan dalam mencari nafkah
c.       Meningkatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap (PKS) serta kesempatan untuk mengembangkan diri.

Sesuai penjelasan diatas, maka kelompok dapat dibentuk berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a.       Hamparan usaha (tambak, kolam, dan lainnya)
b.      Domidili / tempat tinggal / pemukiman
c.       Jenis kelamin ataupun umur (Wanita / Taruna)
d.      Komoditas usaha Perikanan / Nelayan
e.      Jenis alat tangkap (jaring, pancing, dan lainnya)
f.        Kesamaan status sosial ekonomi ( buruh, juragan, nahkoda, lainnya)
g.       Kesamaan jenis usaha (pengumpul benur, nener, pengolah ikan, lainnya)

Upaya penumbuhan kelompok dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Mengidentifikasi kelompok masyarakat yang ada di wilayah binaan yang berpotensi untuk tumbuh menjadi kelompok.
b.      Mengadakan konsultasi dengan pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama untuk mendapat dukungan dan selanjutnya disiapkan pertemuan dengan masyarakat.
c.       Melaksanakan pertemuan dengan masyarakat, pemerintah setempat, tokoh agama, tokoh masyarakat, kontak tani andalan tingkat desa/kelurahan dan penyuluh perikanan sepakat untuk membentuk kelompok.

2.       Metode Penumbuhan
Untuk menumbuhkan kelompok dapat dipergunakan berbagai metode penyuluhan yang sering dilakukan oleh para penyuluh perikanan yang ada atau kombinasi diantara beberapa kombinasi tersebut harus disesuaikan dengan keadaan lapangan/wilayah binaan. Dalam penerapan metode penumbuhan kelompok, maka pendekatan massal dan pendekatan perorangan sangat diperlukan, karena kondisi kelompok PEMULA dalam tingkat pembinaannya sangat mendapatkan perhatian khusus dan menampilkan materi penyuluhan yang sangat memberikan arti, manfaat dan keuntungan berkelompok dalam melanjutkan usahanya, agar dikemudian hari dapat meningkatkan produktivitas dan sekaligus peningkatan kesejahteraan bagi anggota dan keluarganya.

B.    Pembinaan Kelompok Pembudidaya Ikan / Nelayan
1.       Upaya Pembinaan
Pembinaan kelompok merupakan upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kelompok dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan fumgsinya, sehingga dapat meningkatkan prduktifitas usaha, pendapatan serta kesejahteraan hidupnya.
Tujuan pembinaan kelompok adalah untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kemampuan usahanya secara mandiri oleh para pelaku utama dan pelaku usaha beserta keluarganya. Untuk meningkatkan kemampuan kelompok dapat dipergunakan 5 ( lima ) jurus kemampuan, sehingga nantinya dapat diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing jurus kemampuan kelompok, maka dengan kemampuan jurus kelompok yang terendah perlu mendapatkan perhatian / prioritas dalam pembinaan kelompok pada masa yang akan datang. Bobot penilaian untuk masing-masing jurus kemampuan kelompok adalah sebagai berikut :
1.       Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktifitas usaha ( termasuk pasca panen dan analisa usaha ) para anggotannya dengan penerapan rekomendasi sesuai anjuran spesifik lokasi yang tepat dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal, dengan bobot penilaian 300.
2.       Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan fihak lain, bobot penilaian 100.
3.       Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara rasional, dengan bobot penilaian 100.
4.       Kemampuan meningkatkan hubungan dengan fihal lain (mitra usaha/jejaring kemitraan) dengan bobot penilaian 200.
5.       Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi, serta kerja sama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktifitas dari usaha para pelaku utama, dengan bobot penilaian 300.
Untuk itu dalam pelaksanaan penilaian kemampuan kelompok yang berdasar dari 5 (lima) jurus kemampuan kelompok yang dijabarkan dalam beberapa indikator untuk setiap jurus kemampuan yang dituangkan dalam daftar pertanyaan penilaian kelas kemampuan kelompok, dengan mempertimbangkan dukungan dari :
a.       Sumberdaya alam yang ada
b.      Pranata sosial yang tersedia
c.           Kelembagaan ekonomi

Berdasarkan hasil penilaian yang dilaksanakan, diharapkan dalam kurun waktu kurang lebih 1 (satu) tahun sekali diadakan penilaian, maka dapat diketahui kelas kemampuan kelompok adalah sebagai berikut :
a.         Kelas Pemula, dengan nilai 1 s/d 250 yang ditandai piagam pengukuhan warna COKLAT
b.        Kelas Lanjut, dengan nilai 251 s/d 500 yang ditandai piagam pengukuhan warna BIRU
c.              Kelas Madya, dengan nilai 501 s/d 750 yang ditandai piagam pengukuhan warna KUNING
d.        Kelas Utama, dengan nilai 751 s/d 1000 yang ditandai piagam pengukuhan warna PUTIH

Sebagai pengakuhan atas keberadaan kelompok sekaligus merangsang mereka agar selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuannya, maka perlu dilakukan pengukuhan kepada kelompok sesuai kelasanya dengan penetapan sebagai berikut :
1.       Kelas Pemula oleh Lurah/ Kades
2.       Kelas Lanjut oleh Camat
3.       Kelas Madya oleh Bupati
4.       Kelas Utama oleh Gubernur

2.       Metode Pembinaan
Pembinaan terhadap para pelaku usaha dan pelaku utama dapat dilakukan melalui pendekatan kelompok dengan tidak melupakan dengan pendekatan massal dan perorangan, serta dilakukan dengan berbagai metode Penyuluhan Perikanan. Metode penyuluhan yang akan diterapkan diharapkan dapat disesuaikan situasi dan kondisi serta kebutuhan oleh para pelaku utama dan pelaku usaha, sehingga dapat berdaya dan berhasil guna. Salah satu metode penyuluhan perikanan yang cukup efektif dalam penumbuhan kelompok adalah perlombaan antar kelompok pembudidaya ikan, pengolahan dan nelayan. Apabila kegiatan ini dibarengi pula dengan upaya peningkatan kemampuan terus menerus, maka selain akan menumbuhkan dan mengembangkan kelompok disetiap wilayah, serta dapat meningkatkan produksi dan produktifitas usahanya yang pada akhirnya dapat pula meningkatkan kesejahteraan kehidupan para pelaku utama dan pelaku usaha, semoga..................






Minggu, 18 Desember 2011

CUCUT bernilai PANGAN - UANG - OBAT

 Rokit, SP
Penyuluh Perikanan Madya

Komoditi yang serba guna
Cucut merupakan salah satu komoditi yang serba guna karena :
a.     Dagingnya dapat dihidangkan dalam bentuk segar, dibuat abon, dendeng, pindang, diasap, bakso ikan    ataupun dijadikan tepung ikan.
b.    Siripnya dapat dijadikan bahan sup yang terkenal enaknya serta mahal harganya.
c.    Hati cucut dapat diolah menjadi minyak yang merupakan sumber vitamin A, bahan kosmetik, tinta cetak, salep obat dan industri tekstil.
d.   Tulangnya dapat dijadikan bahan perekat serta dapat dijadikan bahan tepung ikan untuk makanan ternak
e.    Giginya merupakan bahan perhiasan yang indah
f.     Kulit dapat disamak dan sangat baik untuk bahan tas, sepatu, jaket, dan peralatan dari bahan kulit lainnya
Bagaimana cara menanganinya ?
Dalam memanfaatkan cucut untuk berbagai keperluan tersebut diatas diperlukan cara penangnan yang baik agar dapat dicapai hasil yang maksima. Bahan- bahan yang diperlukan harus terhindar dari pencemaran dan didinginkan agar tidak cepat rusak sebelum diolah.
Untuk penangnannya dianjurkan sebagai berikut :
  1. Ikan dicuci, kemudian dipotong siripnya, simpan dalam suhu rendah untuk pengolahan selanjutnya.
  2. Potonglah ekor dan kepalanya
  3. Keluarkan secara hati-hati isi perutnya dan pisahkan hatinya. Setelah empedunya dibuang, hatinya dicuci dengan air bersih hingga bebas kotoran / darah
  4. Belah tubuh ikan membujur mengikuti panjang badannya menjadi dua bagian yang sama melalui garis punggung dan perut
  5. Keluarkan tulang punggung dan lainnya dari belahan tersebut, kumpulkan untuk pengolahan selanjutnya
  6. Irislah daging cucut menjadi lempengan atau filet, cuci bersih dengan air lautatau larutan garam 5% untuk diawetkan atau diolah lebih lanjut.
PENGOLAHAN SIRIP
  • Setelah sisirp dipotong dari tubuh ikan, cucilah dengan air bersih dan buanglah daging bekas sayatan yang masih merekat pada pangkal sirip sebersih mungkin
  • Celupkan pangkal sirip tersebut kedalam bubur kapur sirih sebelum dijemur, dan jemur sampai kering betul. Dalam keadaan seperti inisirip sudah siap dijual
  • Untuk lebih meningkatkan harganya, masih diperlukan pengolahan selanjutnya, yaitu hingga diperoleh benang-benang sirip yang menyerupai bihun atau soun dengan cara sebagai berikut.
  1. Rendamlah sirip tersebut dengan air tawar bersih selama dua jam
  2. Rebus sampai masak, selama kurang lebih 15 menit
  3. Pisahkan kulit dan tulang pengikat dari benang-benang sisrip dengan cara memarutnya menggunakan sisir yang terbuat dari kayu. Seandainya pekerjaan ini mengalami kesulitan, celuplah kembali sisrip kedalam air panas
  4. Setelah dijemur kemaslah benang-benang yang sudah terpisah ini.
PENGOLAHAN MINYAK HATI CUCUT
Minyak hati cucut dapat diperoleh dengan sistem perbusan, pengukusan, kombinasi pengukusan dan pengadukan serta menggunakan bahan kimia misalnya pencernaan dengan alkali, yaitu menggunakan NaOH 30% dan silase yang memakai campuran asam formiat dan propionat. Menurut penelitian dengan memakai peralatan yang lebih lengkap, dengan menggunakan cara-cara pengukusan, perebusan dan kombinasi perbusan dan pengadukan dapat diperoleh minyak secara maksimal serta aman bagi manusia.
Berikut cara-cara pekerjaan denganproses perebusan:
  1. Tentukan berat hati cucut yang akan diambil mimyaknya
  2. Masukkan ke dalam wadah dan bubuhka air sebanyak 10% berat hati
  3. Didihkan selama 20 menit sambil diaduk terus menerus
  4. Setelah selesai didihkan, peraslah hati tersebut hingga keluar minyaknya dan cuci dengan larutan garam 5% yang dipanaskan
  5. Saringlah minyak yang dibebaskan selama dididihkan dan minyak hasil perasan. Pisahkan minyak hati ini dari air dan bahan lainnya dengan menggunakan centrifuge pada 4.000 putaran permenit
  6. Bubuhkan NaOH 10% yang jumlahnya ditentukan berdasarkan hasil analisa angka asam
  7. Biarkan beberapa hari dan kemudian piasahkan minyak dari sabun yang terbentuk karena pemberian NaOH dengan menggunakan centrifuge pada 4.000 putaran permenit, selama 15 menit
  8. Simpanlah minyak yang dihasilkan dalam ruang dingin dan buanglah stearin yang terbentuk
PENYAMAKAN KULIT CUCUT
Untuk menyamak kulit cucut, ikutilah cara berikut :
  1. Cuci dengan bersih kulit yang telah dipisahkan dari badan cucut. Buanglah sisia-sisa daging yang masih menempel dengan hati-hati agar kulit tidak sobek. Kemudian cuci hingga bersih
  2. Biarkan air cucian yang melekat pada kulit menetes hingga kering dengan cara dianginkan
  3. Rentangkan pada bingkai kayu
  4. Lumuri secara merata kedua permukaan kulit dengan garam berkualitas tinggi dan letakkan pada posisi miring, dan jemur selama beberapa menit untuk kemudian kering dianginkan selama 2 - 3 hari
  5. Setelah kering, lepasakan kulit dari bingkai kayu dan gulunglah dengan bagian kulit luarnya berada disebelah dalam
  6. Samaklah kulit tersebut dengan larutan krom, jemur dan kemudian warnai sesuai keinginan
Bagaimana Mutu Kulit Cucut ?
  • Permukaan kulit, bercorak sesuai bekas sisinya seperti halnya dengan kulit buaya
  • Mempunyai daya tarik atau kekuatan sama dengan kulit kambing atau domba
  • Setelah disamak mempunyai ketebalan kurang lebih 1 mm
  • Bersifat sarang atau poreus sehingga lebih menjamin sirkulasi udara
SELAMAT MENCOBA

Senin, 05 Desember 2011

BUDIDAYA TAMBAK (UDANG DAN BANDENG) SISTEM POLYKULTUR


BAB I
PENDAHULUAN
            Udang Windu dan ikan bandeng salah satu komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Perkembangan produksinya di Indonesia sejak tahun 1980 sampai 2006 mengalami fluktuasi produksi yang cukup besar, dimana kondisi harga tidak stabil yang disebabkan oleh tidak adanya harga dasar ikan bandeng, lain dengan udang windu, harga udang windu pada periode terakhir sempat mendapatkan harga yang tinggi. Dengan harga ikan bandeng yang rendah dapat ditutupi oleh harga udang windu dengan mencari alternatif sistem budidaya melalui polykultur udang Windu dan ikan bandeng di tambak.
Sistem budidaya tambak dengan pola polikultur dapat meningkatkan produksi perunit areal tambak apabila dipelihara dengan kombinasi penebaran yang optimal. (Samonte et al., 1991). Penelitian Kusnendar E dan Sudjiharno (1984) menunjukkan bahwa ikan bandeng dapat dibudidayakan bersama udang windu ditambak karena ikan bandeng mudah beradaptasi di tambak dan toleransi tinggi terhadap penyakit dan tidak bersifat kanibalisme.
Dengan melakukan budidaya dengan sistem polykultur, diharapkan akan dapat meningkatkan produksi tambak yang seiring peningkatan pendapatan petani tambak.
A.     PERSIAPAN TAMBAK
 Persiapan tambak mempunyai arti bagi kunci keberhasilan dalam budidaya tambak secara polikultur. Persiapan tambak meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Persiapan dasar tambak
Setelah panen, air tambak dibuang dan jika banyak endapan lumpur hitam dan tanah dasar tambak yang membusuk maka perlu diadakan pemompaan dan pencucian dasar tambak.
2. Pengeringan dasar tambak
Setelah pembersihan tanah dasar tambak dilakukan, maka tanah dasar tambak tersebut di jemur / dikeringkan terlebih dahulu selama 7 – 14 hari sampai retak-retak (tergantung cuaca). Kemudian dilanjutkan dengan pembalikan tanah (dicangkul) lebih kurang 10 – 20 cm, selanjutnya tanah dasar dikeringkan lagi untuk mencegah proses perombakan dan produksi H2S secara anaerob.
Untuk mempermudah pengeringan, dasar tambak dibuat dengan kemiringan 0,1 % kearah pintu pembuangan air, sedang dasar pintu air dibuat 15 cm di atas saluran pembuangan. Hal ini terutama pada tambak-tambak yang pengelolaan airnya mengandallkan potensi pasang surut dan gaya gravitasi.
Pengeringan tanah dasar tambak bertujuan untuk mempercepat proses oksidasi bahan-bahan organik dan pelepasan gas-gas beracun (NH3 dan H2S ) serta untuk memberantas hama dan memperbaiki struktur tanah.
3. Pengapuran
Keasaman tanah dalam budidaya tambak yang optimum dalam budidaya udang dan ikan bandeng adalah pH tanah danah sekitar 7,0 – 8,0. Pengapuran harus dilakukan apabila pH tanah dasar tambak kurang dari enam ( tanah berlumpur ). Jenis kapur yang digunakan adalan Kaptan ( kapur pertanian ) dengan dosis 500 – 1.500 kg/Ha. Setelah kapur tersebut ditebar merata kedasar tanah tambak, maka tanah dasar tambak tersebut dibiarkan terjemur selam kurang lebih satu minggu.
4. Penumbuhan pakan alami
            Pupuk kandang ( kotoran ternak ) ditebarkan sebanyak 500 -1.000 kg/Ha ditambah dengan dedak halus sekitar 250 kg/Ha ditebar merata di dasar tanah tambak, kemudian air dimasukkan secara pelan-pelan melalui saringan pintu air, setinggi kurang lebih 5 – 10 cm atau air macak-macak. Kemudian air tersebut dibiarkan menguap atau terjumur hingga tanah dasar tambak kering. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan agar pupuk organik tersebut mengalami proses penguraian atau mineralisasi.
            Selanjutnya air baru dimasukkan kembali secara pelan-pelanb setinggi 20 – 40 cm diatas pelataran, kemudian pupuk an organik ( Urea 100 – 150 kg/Ha dan SP-36 50 – 75 Kg/Ha ) ditebar merata dan air dibiarkan tergenang selama kurang lebih satu minggu, sampai makanan alami tumbuh subur.
5. Pengaturan air dan pemberantasan hama
            Setelah makanan alami tumbuh subur, kemudian air yang baru dimasukkan melalui pintu air yang memakai saringan secara berangsur - angsur sampai mencapai kedalaman kurang lebih 75 cm diatas pelataran dasar tanah tambak. Selanjutnya saponin dengan dosis 50 – 75 kg/Ha ditebar merata dipermukaan air tambak dan dibiarkan sampai satu hari, setelah dianggap selesai maka benur siap ditebarkan.
            Penyediaan air dapat diperoleh melalui potensi pasang surut atau dengan menggunakan pompa air. Untuk menunjang keberhasilan budidaya tambak maka air laut dan air tawar harus tersedia dalam jumlah dan kwalitas yang diperlukan setiap saat sepanjang tahun.
B.      PENEBARAN BENUR
                        Tinggi rendahnya suatu produksi dari suatu areal tambak, sebenarnya tergantung dari beberapa faktor antara lain : Daya kelangsungan hidup udang dan banding (survival) dan laju pertumbuhan. Kedua faktor tersebut tergantung pada para meter pendukung, yaitu indifidu yang unggul, penydiaan makanan yang bermutu, hama dan penyakit dapat terkendali serta kwalitas lingkungan yang baik.
1.  Kwalitas hidup
Agar diperoleh daya kelangsungan hidup yang tinggi, maka bibit (benur) yang ditebar harus mempunyai kwalitas yang baik sehingga mempunyai kelangsungan daya hidup tinggi ( Vitalitas ). Ciri-ciri benur yang berdaya hidup tinggi antara lain :
  • Angka kematian ( mortalitas) selama pengangkutan rendah
  • Murni dan seragam
  • Tidak cacat fisik
  • Bebas penyakit, tidak terdapat tanda – tanda terserang bakteri maupun parasit
  • Reaksi terhadap rangsangan fisik cepat
  • Aktif berenang melawan arus, gerakannya gesit dan cepat mengadakan reaksi  terhadap rangsangan cahaya dan gerakan.
  • Ukuran panjang dan berat sesuai dengan umurnya.
2. Padat penebaran
            Padat penebaran untuk budidaya polikultur udang windu dan ikan bandeng, dengan kedalaman air antara 75 – 100 cm, padat penebaran untuk benur sebanyak 80.000 ekor/Ha dan nener sebanyak 2.000 ekor/Ha.
3. Waktu penebaran
            Penebaran benur dan nener yang baik dilakukan pada saat temperatur relatif rendah yaitu pada saat pagi hari dan sore hari beberapa jam setelah matahari terbenam. Akan tetapi dianjurkan pada penebaran dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul antara jam 06.00 – 08.00 dengan pertimbangan sebagai berikut :
·         Pada saat pagi hari, akan akan mendapatkan lingkungan tambak dengan kandungan oksigen yang semakin naik karena terjadinya proses fotosintesis
·         Pengamatan terhadap benur yang ditebarkan pada pagi hari akan lebih dilakukan dibandingkan pada sore hari.
Penebaran dilaksanakan setelah tambak dipersiapkan dengan baik berupa benur berukuran PL 18. Sedangkan nener dengan berat rata-rata 0,61 gr/ekor, akan ditebar setelah umur udang windu mencapai satu bulan.
C.      PEMELIHARAAN DAN PANEN
            Untuk keberhasilan usaha pertambakan maka selama masa pemeliharaan perlu dilakukan perawatan secara baik. Perawatan tersebut meliputi antara lain :
·    Pengaturan air
·    Pemupukan susulan
·   Pemberian pakan tambahan
1. Pengaturan air
            Selama pemeliharaan, kwalitas dan kedalaman air harus dipertahankan, sehingga benih baik benur maupun nener dapat hidup dengan baik. Penggantian air yang teratur mempunyai keuntungan dalam menjaga kwalitas air tetap terjamin dengan baik. Selain itu unsur hara dan organisme makanan yang dibutuhkan oleh benur dan nener tersedia dengan cukup. Bila air tambak jarang dilakukan penggantian air, akan menyebabkan terakumulasinya bahan beracun di tambak dan berahaya bagi kelangsungan kehidupan benur dan nener.
            Pada saat setelah terjadinya hujan, maka air tambak segera diganti, karena air hujan akan mengencerkan kadar garam ( salinitas ) air, hal ini akan membahayakan kehidupan benur dan nener yang dipelaihara terganggu.
2. Pemupukan susulan
            Sebelum kondisi makanan alami didasar tambak berkurang, segera dilakukan pemupukan susulan, pemupukan ini bertujuan untuk mensuplai unsur hara kedalam tambak, sehingga dapat menunjang kelangsungan pertumbuhan makanan alami.
            Jumlah pupuk yang diberikan dalam pelaksanaan pemupukan susulan ini tergantung dari kesuburan makanan alami yang ada. Sebagai patokan dapat digunakan pupuk urea dan SP-36 adalah 20 dan 15 kg/Ha, pemupukan ini dilakukan setiap dua minggu sekali. Dan sebaiknya pemupukan tidak dilakukan pada saat akan turun hujan, karena air hujan dapat mengencerkan kadar unsur hara hasil pemupukan tersebut.
3. Pemberian pakan tambahan
            Pemberian makan berupa pakan buatan terhadap udang windu setelah udang berumur satu bulan atau bila makanan alami tidak dapat lagi menunjang bagi petumbuhan ikan bandeng dan udang windu yang dipelihara. Jumlah pakan tambahan yang diberikan antara 5 – 10 % dari berat badan / hari. Frekwensi pemberian pakan tambahan dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi, sore dan malam hari.
D.     PANEN DAN PASCA PANEN
1.  P a n e n
            Setelah udang windu dan ikan bandeng sudah mencapai ukuran konsumsi yaitu untuk udang windu antara 20 – 30 ekor/kg dan ikan bandeng 3 – 4 ekor/kg, segera dilakukan pemanenan, panen dapat dilakukan secara bertahap ( selektif ), akan tetapi biasanya dilakukan secara total. Caranya adalah air dalam tambak dikeluarkan secara perlahan-lahan sampai air dalam tambak tinggal dicaren saja. Pemanenan dapat pula dilakukan dengan alat jaring yang ditarik sepanjang caren, dan selanjutnya diadakan penangkapan.
2. Pasca panen
            Setelah baik udang windu maupun ikan bandeng selesai ditangkap, maka tahapan berikutnya adalah pembersihan udang dan bandeng, setelah itu kita siapkan peti yang sudah berisi gumpalan es. Ikan dan udang dimasukkan kedalam peti tersebut, agar supaya kesegaran baik udang maupun ikan bandieng tetap terjaga, dan siap dipasarkan.
E.      PENUTUP
Kesimpulan :
            ~ Udang Windu dan Ikan Bandeng adalah salah satu komoditi  perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
            ~ Sistem budidaya tambak dengan pola polikultur dapat meningkatkan produksi perunit areal tambak apabila dipelihara dengan kombinasi penebaran yang optimal.
            ~ Benur yang dipilih adalah benur yang berdaya hidup tinggi agar diperoleh daya kelangsungan hidup yang tinggi pula.
            ~ Panen dilakukan setelah Udang Windu dan Ikan Bandengsudah mencapai ukuran konsumsi.
            ~ Panen sebaiknya dilakukan pada saat sebagian besar udang dalam keadaan berkulit keras.